Kisah Islami, Al-Barra' bin Malik

Sumber : Seputarkita.id

Al-Barra' bin Malik al-Anshari merupakan saudara dari Anas bin Malik, pelayan Rasulullah Saw. la adalah seorang lelaki dengan rambut kusut berperawakan kurus, dan tulang tubuhnya berbalur daging tipis. Orang yang melihatnya menjadi ketakutan dan menjauh. Meskipun demikian, sahabat ini pernah membunuh seratus orang musyrik ketika berperang satu lawan satu. Jumlah ini belum termasuk orang-orang yang dibunuh di medan perang.

Al-Barra' merupakan seorang lelaki pemberani, bertekad besar, dan bernyali baja. Umar bin Khattab memerintahkan kepada seluruh gubernurnya, "Jangan menyerahkan pasukan kaum muslimin kepadanya. Aku khawatir, ia akan mencelakakan mereka karena keberaniannya."

A. Melawan Musailamah al-Kadzab

Sejak Rasulullah Saw wafat banyak masyarakat Arab mulai keluar berbondong-bondong meninggalkan agama Allah Swt. Sebelumnya, mereka masuk ke dalam Islam. Mereka yang tetap teguh di dalam agama Islam hanyalah orang-orang Makkah, Madinah, Thaif, dan beberapa kabilah.

Abu Bakar ash-Shiddiq tegak dengan kokohnya menghadapi beragam fitnah. la menyiapkan sebelas pasukan dari orang-orang Muhajirin dan Anshar. Mertua Rasulullah Saw ini mengibarkan sebelas panji komando untuk memimpin pasukan tersebut la mengirimkan semuanya ke segala penjuru Jazirah Arab. Tujuannya adalah mengembalikan orang-orang murtad ke jalan yang benar. Dengan pedang tajamnya, ia berusaha mengajak orang-orang yang menyimpang ke jalan yang benar.

Pasukan muslimin yang dikirimkan Abu Bakar dipukul mundur oleh Musailamah al-Kadzab. Abu Bakar pun mengirim pasukan kedua. Pasukan ini dipimpin oleh Khalid bin al-Walid. Pasukan ini beranggotakan para sahabat besar dari kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Garis depan dari kelompok pasukan Muslimin ini adalah Al-Barra' bin Malik al-Anshari dan beberapa pahlawan pemberani dari kaum muslimin.

Baca Juga : Kisah Islami | Ikrimah bin Abu Jahal

Setelah mengarungi perjalanan panjang, dua pasukan bertemu di bumi Yamamah, daerah Nejd. Perang belum berlangsung lama tapi tanda-tanda kekalahan kaum muslimin telah terlihat. Melihat hal ini, kaum muslimin mulai melangkah mundur sehingga pasukan Musailamah mampu menerobos markas panglima Khalid bin al-Walid dan hampir membunuh istrinya.

Saat itu, kaum muslimin merasakan bahaya besar. Mereka mengerti apabila mereka kalah dalam perang melawan Musailamah ini, niscaya Islam tidak akan pernah berdiri tegak setelah hari itu.

Khalid maju menghampiri pasukannya. la menata ulang pasukannya, memisahkan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar. la juga memisahkan orang-orang pedalaman dari pasukan pasukan yang lain. la mengumpulkan anak mereka. Ini dilakukan agar masing-masing dari mereka dengan bapaknya di bawah pemimpin salah satu dari (suku) mereka. Ini dilakukan agar masing-masing dari mereka menunjukkan kepahlawanannya di medan perang. Hal lain yang dinginkan Khalid adalah mengetahui titik kelemahan kaum muslimin.

Genderang perang kembali ditabuh di antara kedua kubu. Kaum muslimin belum pernah mengenal perang sedahsyat itu. Pasukan Musailamah  sangat gigih dalam melawan pasukan muslimin. Mereka seperti tidak mengenal rasa takut oleh banyaknya jumlah korban yang terus berjatuhan.

Kaum muslimin memperlihatkan kepahlawanan yang sangat mengagumkan. Seandainya disusun menjadi satu mereka akan menjadi sebuah kisah kepahlawanan yang sangat mencengangkan.

Tsabit bin Qais, pembawa panji orang-orang Anshar mengambil kain kafannya, kemudian la lalu membuat sebuah galian di tanah sedalam setengah betis. Lalu Tsabit bin Qais pun masuk ke dalamnya dan berdiri teguh di tempat tersebut untuk membela panji kaumnya sampai tersungkur sebagai seorang syahid.

Zahid bin al-Khathab, saudara Umar bin al-Khattab, memanggil kaum muslimin, "Wahai pasukan islam, gigitlah gigi geraham kalian. Tebaslah musuh kalian. Majulah tanpa mengenal rasa takut. Wahai tentara Allah, demi Allah aku tidak akan berbicara setelah kalimatku ini selama-lamanya sampai Musailamah dikalahkan atau aku mati untuk bertemu Allah, lalu aku akan menyampaikan alasanku kepada-Nya." la maju berperang melawan musuh sampai gugur sebagai syahid.

Kaumnya, Muhajirin khawatir terhadap Salim, pembawa panji mereka akan goyah sehingga tidak kuat memegang panji. Mereka berkata kepadanya, "Kami takut diserang melalui dirimu." Mantan hamba sahaya Abu Hudzaifah ini pun menjawab, "Jika kalian sampat kalah karena aku, maka aku adalah seburuk-buruk penghafal al-Quran." Kemudian, ia maju melawan musuh dengan gugur menjadi syahid.

Puncak kepahlawanan mereka tampak pada kepahlawanan Al-Barra' bin Malik. Khalid bin al-Walid melihat bahwa peperangan yang terjadi menjadi semakin sengit dan telah mencapai puncaknya. Saat itu, Khalid menoleh ke arah Al-Barra' dan berkata, "Majulah wahai pemuda Anshar."

Baca Juga : Kisah Islami | Juru Bicara Rasulullah SAW, Tsabit bin Qais

Al-Barra' kemudian menoleh kepada kaumnya, lantas ia pun berkata, "Wahai orang-orang Anshar, jangan ada salah seorang dari kalian yang berpikir untuk pulang ke Madinah. Tidak ada Madinah bagi kalian setelah hari ini. Yang ada hanyalah Allah semata dan mati syahid."

Al-Barra' dan kaumnya melangkah maju dan menyerang orang-orang musyrik. Ia menerjang, membelah barisan musuh, menebaskan pedang ke leher musuh-musuh Allah Swt. Bumi yang dipijak oleh Musailamah dengan pasukannya menjadi berguncang. Pasukan Musailamah pun mundur berlindung ke dalam benteng yang kemudian dikenal dengan benteng kematian.

Benteng kematian ini sangat luas dan dindingnya tinggi. Musalamah bersama para pendukungnya kemudian masuk kedalam benteng lalu menguncinya dari dalam benteng tersebut. Mereka melindungi diri dengan ketinggian bentengnya. Kemudian, mereka lantas memanahi para kaum muslimin dari dalam benteng. Hal ini menyebabkan anak panah yang turun kepada kaum muslimin layaknya hujan yang turun dari langit.

Pada saat itulah Al-Barra' bin Malik melangkah ke depan dengan gagah berani. Kemudian la berkata dengan lantang, "Wahai kaum muslimin, letakkan aku di sebuah tameng, angkatlah tamen itu di ujung tombak Kemudian, lemparkan aku ke dalam benteng dekat pintu gerbangnya. Jika aku tidak gugur maka aku akan membuka gerbangnya untuk kalian."

Dalam sekejap Al-Barra' sudah duduk disebuah tameng. Puluhan tombak mengangkatnya dan melemparkan badan kurus kerempengnya ke dalam benteng kematian tentara Musailamah. Setelah Al-Barra' dilempar, pasukan Musailamah ketakutan.

Al-Barra' melawan pasukan Musailamah sendirian di dekat gerbang benteng. la menebaskan pedangnya sehingga berhasil menyudahi perlawanan, sepuluh orang dari mereka dan membuka benteng. Ketika ia berhasil membuka benteng, tubuh Al-Barra' dipenuhi dengan luka tusukan anak panah dan tebasan pedang.

Berkat keberanian Al-Barra' tersebut, kaum muslimin dapat masuk ke dalam benteng kematian tersebut. Mereka menebaskan pedang ke leher orang-orang yang murtad yang berlindung di dalam benteng. Kaum muslimin membunuh sekitar dua puluh ribu orang. Akhirnya, kaum muslimin menemukan Musailamah, mereka pun lantas langsung mengirimnya ke kematian.

Al-Barra' dibawa ke tenda untuk diobati. Khalid bin al-Walid menyempatkan diri tinggal selama satu bulan di bumi Yamamah dalam rangka mengobati luka-lukanya. Pada akhirnya, Allah Swt memberi kesembuhan dan menetapkan kemenangan bagi kaum muslimin melalui kedua tangan Al-Barra'.

B. Keinginan untuk Mati Syahid

Setelah luka di Perang Yamamah sembuh, Al-Barra' terus berjuang menegakkan panji-panji Islam. la terus menerjuni perang demi perang, ia bercita-cita sangat mulia, ingin bertemu Rasulullah Saw.

Tibalah saat penaklukan kota Tustar di negeri Persia. Saat terjadi penaklukan tersebut, para orang persia bersembunyi di benteng yang sangat tinggi. Oleh karenanya, kaum muslimin mengepung mereka dari segala penjuru, seperti gelang mengelilingi tangan.

Pengepungan berlangsung lama. Orang-orang Persia merasakan beratnya pengepungan. Mereka pun mulai mengulurkan rantai-rantai besi dari atas dinding benteng. Di ujung rantai, kait-kait yang telah dibakar dengan api tergantung. Kait-kait panas ini lantas menyambar pasukan kaum muslimin dan menjepit mereka. Orang yang terjepit akan terangkat ke atas dan mati atau mendekat kematian.

Salah satu pengait besi itu kemudian dapat menyambar Anas bin Malik, saudara dari Al-Barra' bin Malik. Al-Barra' pun dengan cepat langsung mencoba melepaskan rantai yang menyerang saudaranya tersebut dengan cara memanjat dinding benteng. Lalu dengan sekuat tenaga, Al-Barra' berusaha melepaskan saudaranya dari pengait. Tangannya terbakar dan mengeluarkan asap, namun ia tidak peduli. Akhirnya, ia berhasil menyelamatkan saudaranya. Setelah turun ke tanah, tangan Al-Barra' tinggal tulang tanpa daging.

Setelah berhasil menyelamatkan saudaranya, Al-Barra' berdoa kepada Allah Swt agar mati dalam keadaan syahid. la pun segera menggempur pasukan musuh. la memimpin pasukan Islam dengan penuh semangat. Akhirnya, Allah Swt mengabulkan doanya. Al-Barra wafat di tangan orang Persia. la pun dikenal sebagai pahlawan yang rindu dengan Rasulullah Saw.

Sumber 

  • AF. Rozi, Hikayat Syahid Paling Wangi (Jogjakarta: Sabil, 2014), hlm. 94-101.
Lebih baru Lebih lama