Kisah Islami, Ja'far bin Abi Thalib

Ja'far bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah Saw. la termasuk dalam golongan sahabat yang memeluk agama Islam awal. Dalam sebuah riwayat, la merupakan salah satu sahabat yang ikut menyebarkan agama Islam di Habasyah.

Ja'far mempunyai wajah yang sangat mirip dengan Rasulullah Saw. Ia menikah dengan Asma' binti Umais. Keduanya bergabung dan mengikuti ajaran Rasulullah Saw di awal kenabian. Mereka menyatakan Islam di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq sebelum Rasulullah Saw masuk ke rumah Arqam.

Ja'far dan istrinya lahir dan besar dari Bani Hasyim. Golongan ini sangat membenci Rasulullah Saw, bahkan menyiksa orang-orang yang membelanya. Hal inilah yang juga terjadi pada Ja'far dan istri. Meskipun termasuk ke Turunan Bani Hasyim, mereka tetap disiksa dan disuruh meninggalkan agama Islam. Namun keteguhan hati terhadap agama islam membuat keduanya bersabar menerima segala cobaan yang menimpa.

A. Menuju Habasyah

Pada suatu ketika Ja'far meminta izin kepada Rasulullah Saw untuk berhijrah ke Habasyah. Hal ini ia lakukan bukan karena takut disiksa oleh Bani Hasyim tetapi karena larangan menjalankan ibadah. la juga dilarang menyebarkan agama Islam di daerah Makkah.

Setelah Rasulullah Saw memberikan izin, Ja'far berangkat menuju Habasyah. la menjadi pemimpin kaum muslimin yang hijrah. Sampai di Habasyah mereka mendapatkan kebahagiaan yang tidak terkira. Selain terbebas dar siksaan orang Arab, mereka juga bebas mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bahkan, Rajanya menjamin ke selamatan orang-orang yang beribadah.

Baca Juga : Kisah Islami | Juru Bicara Rasulullah SAW, Tsabit bin Qais

Selama sepuluh tahun, Ja'far dan istri menyebarkan agama Islam dengan penuh semangat. Tahun ke-7 Hijriah keduanya meninggalkan Habasyah dan berhijrah menuju Madinah. Ketika Rasulullah Saw pulang dari Perang Khaibar, mereka menemuinya. Beliau sangat bahagia ketika bertemu dengan Ja'far. Saking gembiranya, beliau berkata "Aku tidak tahu hal apa yang menyebabkan aku gembira, apakah karena kemenangan di Khabar atau karena kedatangan Ja'far.

Hal yang sama juga dirasakan oleh semua kaum muslimin. Mereka menyambut kedatangan Ja'far dengan penuh kegembiraan. Adapun kaum muslimin yang paling bahagia melihat kedatangan latar adalah kaum fakir miskin. Sebab Ja'far dikenal sebagai sahabat yang sangat dermawan. la merupakan orang yang santun dan selalu membela kaum dhuafa. Karena sifat dermawan dan santun inilah Rasulullah Saw memberinya gelar Abil Masakin (bapak orang-orang miskin).

Abu Hurairah bercerita tentang Ja'far. "Orang yang paling baik kepada kami (golongan orang-orang miskin) lalah Ja'far bin Abu Thalib. la sering mengajak kami makan di rumahnya, lalu kami makan barang-barang yang ada. Bila makanannya habis. ia berikan panci, lalu kami menghabiskan sampai dengan kerak keraknya."

B. Melawan Tentara Romawi

Ja'far tinggal di Madinah tidak lama. Awal tahun ke-8 Hijriah, Rasulullah Saw menyiapkan pasukan untuk memerangi tentara Romawi di Muktah. "Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi komandan pasukan.

Rasulullah Saw berpesan "Jika Zaid tewas atau cedera. komandan digantikan Ja'far bin Abi Thalib. Seandainya Ja'far tewas atau cedera pula, ia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan apabila Abdullah cedera atau gugur pula, hendaklah kaum muslimin memilih pemimpin di antara mereka."

Ketika kaum muslimin sampai di Muktah, kurang lebih 100.000 pasukan Romawi menghadang. Semua merupakan pasukan inti dan bangsa Romawi yang sangat terlatih. Mereka pun membawa persenjataan lengkap. Pasukan ini juga terdiri atas Milisi Nasrani Arab dan Kabilah Lakham, Judzam, Qudha'ah dan lain-lain. Sementara tentara kaum Muslimin yang tengah dipimpin oleh Zaid bin Haritsah hanya memiliki kekuatan tempur 3.000 tentara.

Meskipun tidak memiliki kekuatan yang seimbang. tentara muslim tetap melanjutkan peperangan. Setelah berperang dengan sekuat tenaga, Zaid bin Haritsah gugur. Melihat hal ini, Ja'far melompat dari kudanya. la menyambar bendera komando Rasulullah Saw yang telah gugur di medan perang. Setelah mendapatkan bendera itu, ia pun mengangkat bendera setinggi-tingginya. Ini merupakan tanda bahwa saat itu yang memimpin peperangan adalah Ja'far.

Baca Juga : Kisah Islami | Mush'ab bin Umair

Sambil memegang bendera, Ja'far mengayunkan pedang ke kanan dan kiri menuju tengah-tengah barisan musuh. la mengayunkan pedang kepada setiap orang yang mendekat. la berusaha sekuat tenaga agar bendera yang di tangannya tidak jatuh ke tangan musuh.

Di tengah-tengah kepungan pasukan Romawi, Ja'far berputar-putar mengayunkan pedang, la mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat. Nahas, tangan kanannya terkena sabetan pedang hingga patah la pun memegang bendera komando dengan tangan kirinya. Sesaat kemudian, tangan kiri Ja'far pun putus terkena sabetan pedang. Meskipun demikian ia tidak putus asa. Setelah kedua tangannya putus, ia memeluk bendera dengan kedua tangannya yang masih utuh. Tidak lama kemudian, kedua lengan Zubair terpotong dan tinggal sepertiga la tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangannya telah terpotong, Tentara Romawi menyiksanya hingga ia gugur sebagai syahid.

Setelah Ja'far wafat, bendera komando dipegang oleh Abdullah bin Rawahah Dan akhirnya Abdullah juga gugur.

C. Doa untuk Istri dan Anak-Anak

Ketika mendapat kabar bahwa ketiga panglimanya telah gugur di medan perang, Rasulullah Saw sangat sedih. Beliau pun menuju ke rumah Ja'far dan bertemu dengan istrinya, Asma. Di dalam rumah, Asma menunggu kedatangan suami sambil mengaduk adonan roti, merawat anak-anak, memandikan dan memakaikan baju.

Asma kemudian bercerita, "Ketika Rasulullah mengunjungi kami, terlihat wajah beliau dipenuhi kesedihan. Hatiku cemas, tetapi aku tidak berani menanyakan yang terjadi, karena aku takut mendengar berita buruk. Beliau memberi salam dan menanyakan anak-anak kami. Beliau bertanya. Mana anak-anak Ja'far? Suruh mereka ke sini."

Asma memanggil anak-anaknya dan menyuruh menemui Rasulullah Saw. Mengetahui kedatangan beliau anak-anak Ja'far melompat kegirangan. Mereka berebutan untuk bersalaman. Beliau pun menundukkan mukanya kepada anak-anak sambil menciumi mereka penuh haru. Air mata mengalir membasahi pipi mereka.

Asma kemudian bertanya, "Ya Rasulullah, demi Allah, mengapa engkau menangis? Apa yang terjadi dengan Ja'far dan kedua sahabatnya?"

Rasulullah Saw lantas menjawab, "Ya, mereka telah syahid hari ini."

Mendengar jawaban Rasulullah Saw tersebut, hilanglah senyum kegirangan di wajah anak-anak Ja'far, apalagi setelah mendengar ibu mereka menangis tersedu-sedu. Mereka diam terpaku di tempat masing-masing.

Rasulullah Saw berdoa sambil menyeka air mata anak-anak Ja'far. "Ya Allah, gantilah Ja'far bagi anak-anaknya. Ya Allah, gantilah Ja'far bagi istrinya."

Kemudian beliau bersabda, "Aku melihat sungguh Ja'far berada di surga. la mempunyai dua sayap berlumuran darah dan bertanda di kakinya."

Sumber

  • AF Rozi, Hikayat Syahid Paling Wangi (Jogjakarta: Sabil, 2014), hlm. 78-84.
Lebih baru Lebih lama