Kisah Islami, Keteguhan Iman, Habib bin Zaid

Kisah Islami, Keteguhan Hati Habib bin Zaid

Habib bin Zaid adalah putra Zaid bin Ashim dan Nusaibah binti Ka'ab dan saudara laki-laki dari Abdullah bin Zaid. Nusaibah binti Ka'ab dikenal sebagai pahlawan Islam wanita dan mendapat julukan Ummu Umarah.

Habib bin Zaid merupakan salah seorang pemuda dari golongan Anshar yang lebih awal memeluk agama Islam, sebelum Baiatul Aqabah kedua (perjanjian yang dilakukan oleh Rasulullah Saw terhadap 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dari Yatsrib pada waktu tengah malam. Perjanjian ini terjadi tahun 722 M.).

Baca Juga : Kisah Islami | Syahid di Tiang Salib, Khubaib bin Adi

Sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, Habib bin Zaid masuk agama Islam melalui dakwah yang disampaikan oleh Mus'ab bin Umair. Habib bin Zaid dan kedua orang tuanya menghadiri Baiatul Aqabah kedua di Mina untuk meneguhkan pendiriannya.

Sebagaimana yang dilakukan sahabat Rasulullah Saw yang lain. Habib bin Zaid mengabdikan dirinya untuk membela dan menegakkan panji-panji keislaman di negeri Arab. Saat Perang Uhud berkecamuk ia bersama ibunya melindungi Rasulullah Saw dari serangan kafir Quraisy. Ia rela mengorbankan dirinya hingga tubuhnya penuh luka demi melindungi orang yang paling dicintai.

Sering kali Habib bin Zaid berperang melawan kaum kafir untuk membela agama Islam. Dari pengalaman berperang inilah Allah Swt memberikan mental yang sangat kuat sehingga mampu menghadapi ujian yang kelak menghampirinya

A. Munculnya Nabi Palsu

Tahun ke-9 Hijrah kabar tentang agama Islam telah menyebar ke seluruh penjuru Jazirah Arab. Masyarakat yang tahu kebenaran agama ini datang menemui Rasulullah Saw untuk bersyahadat. Mereka pun berjanji untuk setia dan selalu membelanya

Di antara orang yang datang kepada Rasulullah Saw adalah rombongan Bani Hanifah dari Najd. Di hadapan beliau, mereka menyatakan di masuk Islam bersama kaumnya. Beliau pun menyambut kedatangannya dengan sangat hormat dan penuh kesopanan. Bahkan, beliau memerintahkan supaya memberikan hadiah bagi Bani Hanifah dan seluruh pengikutnya.

Setelah pulang dan Madinah, salah seorang pengikut Bani Hanifah. Musailamah bin Habib al-Hanafi menyatakan murtad dari Agama Islam. la berpidato di depan masyarakat Najd dan menyatakan dirinya adalah seorang nabi dan rasul, la juga mengatakan bahwa dirinya diangkat untuk Bani Hanifah sebagaimana Rasulullah Saw diutus menjadi nabi untuk orang Quraisy. Mendengar pidato tersebut, banyak kalangan dari Bani Hanifah murtad dan mengakui kenabian Musailamah.

Pada dasarnya. Bani Hanifah mempercayal kenabian Musailamah bukan karena yakin terhadap kenabiannya tapi karena fanatik kesukuan. Hal ini terbukti ketika salah seorang dari pengikut Musailamah berkata, "Saya meng akui, sungguh Muhammad itu benar dan Musailamah sungguh bohong. Tetapi, kebohongan orang Rabi'ah (Musailamah) lebih saya sukai daripada kebenaran orang Mudhar (Muhammad)."

B. Surat Balasan untuk Pembohong

Ketika pengikut Musailamah bertambah banyak dan merasa sudah siap melawan Rasulullah Saw, la mengirim surat kepada Rasulullah Saw. "Teriring salam untuk Anda. Sesungguhnya, aku telah diangkat menjadi rasul sebagai sekutu Anda. Separuh bumi ini untuk kami dan separuh lagi untuk kaum Quraisy. Tetapi dalam kenyataannya, kaum Quraisy berbuat tidak adil."

Selesai membaca surat itu Rasulullah Saw bertanya kepada orang yang mengantarkan surat tersebut, "Bagaimana pendapat kalian (mengenai pernyataan Musailamah ini)?" Sang utusan menjawab, "Kami sependapat dengan Musailamah." Rasulullah Saw berkata, "Demi Allah, seandainya tidak dilarang membunuh para utusan akan kupotong leher kalian.

Setelah itu, Rasulullah Saw mermbalas surat Musailamah. Dalam suratnya, beliau menuliskan. "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Musailamah pembohong. Keselamatan hanyalah bagi siapa yang mengikuti petunjuk (yang benar). Adapun, sesudah itu, sesungguhnya bumi ini adalah milik Allah Swt. Dialah yang berhak mewariskan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Kemenangan adalah bagi orang-orang yang bertakwa."

Surat balasan tersebut dikirimkan oleh Rasulullah Saw melalui utusan Musailamah. Namun, surat balasan tersebut tidak menjadikan Musailamah sadar. Sebaliknya, ia semakin kejam dan selalu melakukan kejahatan. Dengan kondisi seperti ini, beliau pun mengirimkan surat kedua. Beliau memberi peringatan kepada Musailamah agar menghentikan seluruh kegiatan yang menyesatkan itu, Rasulullah Saw menunjuk Habib bin Zaid untuk mengirimkan surat tersebut. Waktu itu, ia masih sangat muda. Meskipun demikian, ia mempunyai keimanan yang sangat kuat.

Kisah Islami, Habib bin Zaid Sang Pembawa Pesan
Sumber : Youtube

Dengan penuh semangat, Habib bin Zaid berangkat melaksanakan tugas yang diberikan Rasulullah Saw, kepadanya. Di dalam hatinya, ia berkata, "Aku akan menyelesaikan misi ini secepatnya." Setelah sampai di Najd, ia langsung menuju rumah Musailamah dan menyampaikan surat.

Setelah membaca surat. Musailamah naik pitam, la sangat marah kepada Rasulullah Saw. Sesaat kemudian, la menyuruh pengawalnya untuk mengikat Habib bin Zaid. Keesokan harinya, Musailamah mengumpulkan seluruh masyarakat Najd di depan rumahnya. la kemudian menyuruh pengawal untuk menyeret Habib bin Zaid di depannya dengan keadaan terbelenggu sehingga menyulitkannya untuk melangkahkan kaki.

Meskipun Habib bin Zaid dibelenggu dan disiksa oleh pengawal Musailamah, la tetap berdiri dengan kepala tegak kokoh, dan kuat la seakan ingin menertawakan perbuatan yang dilakukan Musailamah dan para pengikutnya. Beberapa saat kemudian, Musailamah bertanya kepadanya, "Apakah kamu mengakui Muhammad itu Rasulullah?" Habib bin Zaid kemudian menjawab dengan tegas, "Betul! Aku mengakui Muhammad adalah Rasulullah!"

Musailamah terdiam karena marah. la bertanya kembali, "Apakah kamu mengakui, aku sebagai rasul?" Habib bin Zaid lalu menjawab dengan nada menghina dan menyakitkan hati la berkata, "Agaknya telingaku tuli. Aku tidak pernah mendengar yang begitu."

Wajah Musailamah berubah. Bibirnya gemetar karena marah. Lalu, ia berkata kepada algojo, "Potong tubuhnya sepotong!"

Algojo menghampiri Habib bin Zaid dan memotong bagian tubuhnya hingga potongannya menggelinding ke tanah.

Musailamah kemudian bertanya kembali, "Apakah kamu mengakui Muhammad itu Rasulullah?"

Habib bin Zaid lalu menjawab. "Ya, aku mengakui se sungguhnya Muhammad itu Rasulullah!"

Musailamah kemudian bertanya kembali. "Apakah kamu mengakui aku adalah rasul?"

Habib bin Zaid lalu menjawab, "Telah kukatakan kepadamu, Telingaku tuli mendengar ucapanmu itu!"

Musailamah kembali menyuruh algojo memotong tubuh Habib bin Zaid pada bagian yang lain hingga potongannya jatuh di dekat potongan yang pertama. Orang-orang terbelalak melihat keteguhan hatinya yang nekat menentang nabi palsu ini.

Baca Juga : Kisah Islami | Hamzah Bin Abdul Muthalib

Musailamah terus bertanya dengan pertanyaan yang sama dan algojo terus pula memotong tubuh Habib bin Zaid berkali-kali sesuai dengan perintah Musailamah. Walaupun begitu, bibirnya tetap berujar, "Aku mengakui sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah!"

Separuh tubuh Habib bin Zaid terpotong dan berserakan di tanah. Selebihnya lagi bagaikan onggokan daging yang bicara. Akhirnya, jiwanya melayang menemul Tuhannya. Kedua bibirnya senantiasa mengucapkan bahwa la hanya mengakui Muhammad sebagai Rasulullah.

C. Kabar untuk Sang Ibu

Setelah berita kematian Habib bin Zaid disampaikan kepada ibunya. Nasibah bin Maziniyah. ia berucap. "Seperti itu pulalah aku harus membuat perhitungan dengan Musailamah al-Kadzab. Dan kepada Allah Swt juga aku berserah diri. Anakku, Habib bin Zaid telah bersumpah setia dengan Rasulullah sejak kecil. Sumpah itu dipenuhinya ketika abelia. Seandainya Allah memungkinkanku, akan kusuruh anak-anak perempuan Musailamah menampar pipi bapaknya."

Setelah kematian Habib bin Zaid, hari yang dinanti nantikan Nasibah datang. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq mengerahkan kaum Muslimin memerangi para nabi palsu, termasuk Musailamah. Dalam pasukan itu terdapat Nasibah dan putranya, Abdullah bin Zaid.

Ketika perang di Yamamah berkecamuk. Nasibah membelah barisan musuh bagaikan seekor singa sambil berteriak, "Di mana musuh Allah itu, tunjukkan kepadaku!" Ketika Nasibah menemukan Musailamah, sang nabi palsu ternyata telah tewas, tersungkur di medan pertempuran. Tubuhnya bermandikan darahnya sendiri. Tidak lama kemudian, Nasibah pun gugur sebagai syahidah

Sumber

  • Muhammad Ibrahim Salim, Perempuan-Perempuan Mulia di Sisi Rasulullah Saw. (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 104.
  • Abdurrahman Umairah, Tokoh-Tokoh yang Diabadikan al-Qur'an. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 40.
  • Jalaluddin Rahmat, Meraih Cinta Ilahi, Belajar Menjadi Kekasih Allah (Bandung: Mizan Media Utama, 2008), hlm. 542.
  • Republika.co.id
  • AF Rozi, Hikayat Syahid Paling Wangi (Jogjakarta: Sabil, 2014), hlm. 61-68
Lebih baru Lebih lama