Kisah Islami, Manusia Yang Dirindukan Surga Ammar bin Yasir

Kisah Islami, Manusia Yang Dirindukan Surga Ammar bin Yasir

Ammar bin Yasir merupakan anggota keluarga kecil. Namun ia dikenal sebagai seorang imam besar, Abu Yaqdzan al- Anasi al-Makki. Ia merupakan salah satu sahabat yang memiliki gelar assabiqunal awwalun (sahabat nabi yang pertama kali masuk Islam). la lahir dari rahim Sumayah, pembantu perempuan Bani Makhzum (salah satu pembesar Bani Shahabiyat).

Sebagai keluarga budak, Ammar sekeluarga hidup serba kekurangan. Meskipun demikian, kenyataan ini tidak dijadikan alasan untuk membenci Allah Swt dan meninggalkan agama-Nya. Semakin banyak penderitaan yang ia terima, semakin kuat pula keimanannya terhadap Allah Swt.

Selama bertahun-tahun, Ammar dan keluarga di siksa oleh kaum Quraisy dari Bani Makhzum, Mereka yang menjadi tempat berlindung bagi keluarga kecil ini sangat marah ketika Ammar dan keluarga keluar dari agama nenek moyang dan memeluk agama baru yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Meskipun setiap hari keluarga ini disiksa, keimanan mereka tidak goyah sedikitpun. Bahkan keyakinan mereka semakin bertambah dan teguh terhadap agama barunya, Islam.

Mereka dibiarkan di bawah terik matahari di padang pasir didera, disulut dengan api yang menyala, dan berbagai tindakan lain yang sangat mengerikan. Meskipun demikian hal yang dilakukan orang Quraisy adalah sia-sia.

A. Berperanglah Bersamaku

Ammar merupakan salah satu sahabat yang sangat taat. Apapun yang di ucapkan Rasulullah Saw, ia selalu menjalankan, tak terkecuali dalam hal jihad. lamem perjuangkan dan menyebarkan agama Islam. la selalu mengikuti peperangan. Bahkan, sampai Rasulullah Saw wafat, ia tetap menjalankan perintahnya tentang jihad dan membela agama Islam.

Baca Juga : Kisah Islami, Mush'ab bin Umair

Dalam menjalankan Perang Yamamah. Ammar merupakan sahabat yang sangat gigih. la tidak pernah berlari walaupun telah ditinggalkan oleh sahabatnya. Saat itu, kaum muslimin porak-poranda dan sebagian besar melarikan diri.

Namun, Ammar berdiri di atas batu lantas berkata kepada kaum muslimin, "Wahai kaum muslimin, apakah kalian ingin lari dari surga? Aku adalah Ammar bin Yasir Apakah kalian melarikan diri dari surga? Marilah bersamaku!"

Saat itu, kondisi Ammar sedang terluka parah. Bahkan, salah satu telinganya hampir putus akibat sabetan pedang musuh. Mendengar seruan Ammar, kaum muslimin berkumpul untuk menyusun kekuatan dan menahan gempuran musuh.

B. Menyumbangkan Gaji untuk Fakir Miskin

Saat Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah kedua, menggantikan Abu Bakar, Ammar diangkat menjadi Walikota Kufah. Baginya, menjadi pemimpin menjadikannya semakin zuhud, shalih, dan rendah hati. la tak segan berbelanja ke pasar sendirian.

Ammar tidak menggunakan gaji bulanan untuk berfoya-foya. la bagikan seluruh gaji untuk fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Untuk menunjang kehidupannya, ia membuat bakul dan keranjang dari daun kurma serta menjual ke pasar.

C. Sahabat yang Penuh Fitnah

Sepeninggal Khalifah Umar bin Khathab, mulailah terjadi fitnah dan perselisihan di antara umat Islam. Para sahabat selalu mengamati semua gerak-gerik Ammar. Hal ini berawal sejak masa awal hijrah ke Madinah, ketika para sahabat membangun Masjid Nabawi.

Awal hijrah ke Madinah, sisi dinding masjid dekat Ammar berada tiba-tiba runtuh dan menimpanya. Pada saat yang sama, Rasulullah Saw mengamati Ammar kemudian berkata, "Wahai Ibnu Sumayah, la dibunuh oleh golongan yang durhaka."

Baca Juga : Kisah Islami, Khalifah Umar bin Khattab

Para sahabat yang mendengar perkataan Rasulullah Saw menyangka bahwa beliau sedang meratapi kematian Ammar karena tertimbun reruntuhan dinding Masjid Nabawi. Oleh karenanya, para sahabat sangat ribut dan panik atas musibah yang menimpanya. Rasulullah Saw yang tanggap dengan kejadian itu bersabda, "Tidak apa apa, Ammar tidak apa-apa, hanya saja, nantinya ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka."

Fitnah yang dilakukan kaum muslimin terhadap Ammar semakin menjadi-jadi ketika Khalifah Utsman terbunuh. Para sahabat yang masih hidup dan mayoritas umat Islam membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah pengganti Utsman bin Affan. Meskipun demikian, Muawiyah dan masyarakat Syam menolak keputusan kaum muslimin ini. Bahkan, ia mengangkat dirinya sebagai khalifah pengganti Utsman.

Dengan dalih menuntut balas atas kematian Utsman bin Affan, Muawiyah mencari dukungan untuk mengukuhkan jabatannya. Dalam situasi seperti ini, seperempat sahabat mendukung Muawiyah sebagai khalifah dan sebagian besar tetap mendukung Ali bin Abi Thalib untuk tetap meneruskan kepemimpinannya. Dan sebagian kecil yang lain tidak memihak kepada salah satu golongan.

Sebagai seorang khalifah yang sah, Ali bin Abi Thalib melakukan berbagai upaya untuk meredam berbagai permasalahan yang ada. Meskipun demikian, upaya yang dilakukan tidak sesuai dengan kenyataan. Akhimya, terjadilah Perang Shiffin dalam tubuh kaum muslimin.

Saat itu, dengan segala ijtihad dan pengetahuan Ammar memilih berdiri di pihak Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, para pendukung khalifah sah ini merasa tenang dan tenteram karena meyakini perkataan Rasulullah Saw. "Mengikuti Ammar bin Yasir merupakan hal yang benar Sementara, orang yang berada di pihak Muawiyah merasa was-was karena mengingkari sabdanya.

D. Minuman Terakhir untuk Ammar

Perang Shiffin telah berlangsung beberapa waktu dan Ammar turut serta di dalamnya. la datang menemui Ali bin Abi Thalib dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, pada hari ini, dan itukah?"

Menanggapi pertanyaan tersebut, Ali dengan bijak berkata, "Tinggalkanlah urusan tersebut"

Ammar mengulang pernyataannya dan Ali memberi jawaban yang sama pula sampai tiga kali. Kemudian, Ali memberi minuman susu kepada Ammar susu kental yang dicampur sedikit air. Setelah minum susu tersebut, Ammar berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda kepadaku bahwa seperti inilah minuman terakhir yang aku minum di dunia."

Ali terkejut mendengar pernyataan Ammar. la tidak tahu menahu sabda Rasulullah Saw tentang minuman terakhirnya.

Setelah itu, Ammar terjun kembali dalam pertempuran. Di tengah pertempuran, Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf sempat mendengar seruan Ammar, "Sesungguhnya aku telah bertemu dengan Al-Jabbar dan aku telah dinikahkan dengan bidadari.

Pada hari ini, aku akan bertemu dengan kekasihku, Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Beliau telah berjanji kepadaku bahwa akhir bekalku di dunia ini adalah susu kental yang dicampur dengan sedikit air."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Ammar mengambil bendera dan mengibarkan di atas kepala sambil berkata,

"Demi Dzat yang menguasai jiwaku, saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah Saw. Dan, inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini. Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya. Seandainya mereka menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai kubu pertahanan, saya tahu bahwa kita pasti berada di pihak yang hak, dan mereka di pihak yang batil."

Semua orang yang mendukung sahabat Ali bin Abi Thalib mengikuti Ammar dan mempercayai kebenaran ucapannya. Abu Abdurrahman Salami berkata, "Kami ikut serta dengan Ali di pertempuran Shiffin, maka saya melihat Ammar bin Yasir. Setiap ia menyerbu ke suatu tempat atau turun ke suatu lembah, para sahabat Rasulullah Saw pun mengikutinya. la bagai panji-panji bagi mereka."

Ammar teringat sabda Rasulullah Saw bahwa ia akan di bunuh oleh golongan pendurhaka. la merasa peristiwa ini akan mengantarkannya menjadi syahid. Dalam peperangan Ini, ia terjun dengan rasa bangga dan keberanian yang luar biasa.

Rasulullah Saw merupakan pribadi yang sangat luar biasa. la tidak hanya tahu mengenai masalah yang ada di hadapannya. Sesuatu yang belum terjadi pun beliau ketahui. Dalam Perang Shiffin, perkataan Rasulullah Saw menjadi kenyataan. Ammar dibunuh oleh orang Islam yang durhaka. la mati dalam keadaan syahid.

Berita wafatnya Ammar tersebar ke seluruh penjuru negeri. Dari peristiwa ini, muncullah pernyataan bahwasanya yang dimaksud durhaka oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya adalah Muawiyah.

Dengan kenyataan ini, keyakinan dan kepercayaan pengikut Ali semakin bertambah. Sementara, di pihak Muawiyah, keraguan mulai menyusup ke hati. Bahkan, sebagian dari mereka keluar dari golongan Muawiyah dan bergabung bersama Ali.

Baca Juga : Kisah Islami, Abbad bin Bisyr, Tetap Shalat Meskipun Terpanah

Setelah upacara pemakaman Ammar selesai, para Sahabat berdiri di dekat kubur dengan penuh keheranan. Ammar mempunyai pendirian yang sangat luar biasa. la berperang bagaikan seorang perantau yang rindu terhadap kampung halamannya dan tiba-tiba dibawa pulang, Sehingga, keluarlah seruan dari mulutnya, "Hari ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta dengan Rasulullah Saw dan para sahabatnya."

Apakah Ammar telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan dijumpainya? Para sahabat saling pandang dan bertanya, "Apakah Anda masih ingat waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw dan wajahnya berseri-seri lalu bersabda, "Surga telah merindukan Ammar." "Benar" jawab yang lain.

Sumber

  • AF. Rozi, Hikayat Syahid Paling Wangi (Jogjakarta: Sabil, 2014), hlm. 134-142.
Lebih baru Lebih lama