Pengertian Alam Barzakh (Alam Kubur), Keadaan Manusia di Alam Barzakh

Secara bahasa, barzakh berarti batas, dinding, atau jarak antara dua hal yang menghalangi keduanya bertemu secara langsung. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa, "Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing." (QS. Ar-Rahman (55] 20)

Sementara menurut syariat, barzakh berarti tempat yang berada di antara maut dan kebangkitan atau juga diartikan sebagai batas dan pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat. Dalam ayat Al-Qur'an juga telah disebutkan, "(Demikianlah keadaan Orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan ." (QS. Al-Mu'minun [23]: 100).

Mujahid dalam At-Tadzkirah karya Al-Qurthubi berkata, "Barzakh adalah sesuatu antara maut dan kebangkitan. Sya'bi diberi tahu, "Fulan tetah meninggal" ia menjawab, "Ia sekarang tidak di dunia dan tidak pula di akhirat." Hal ini menunjukkan bahwa ada alam pembatas antara dunia dan akhirat, yaitu alam barzakh atau sering juga disebut masyarakat Indonesia sebagai alam kubur.

Terkait hal ini. Ibn Qayyim juga menjelaskan bahwa, "Azab dan nikmat kubur berarti azab dan nikmat barzakh, vakni alam antara dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt., "Dan di hadapan mereka terdapat barzakh sampai mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun [23]: 100) Penghuni barzakh berada di tepi dunia (di belakangnya) dan (akhirat di depannya).

Imam Ja'far Shadiq juga menyebutkan bahwa barzakh adalah kubur (dimulai) dari hari kematian sampai Hari Kiamat. Hal ini berarti, selain alam dunia dan alam akhirat ada alam pembatas keduanya vang disebut dengan alam barzakh, yaitu alam di mana ruh manusia bersemayam di sana sesudah kematian hingga datang Hari Kiamat atau hari kebangkitan kelak.

Jadi, alam barzakh merupakan gerbang atau stasiun pemberhentan sementara yang mesti dilalui oleh setiap umat manusia pasca meninggal dunia, baik dia dikubur dalam tanah maupun tidak. Artinya, meskipun jasad seseorang hilang atau lenyap, hangus terbakar menjadi abu, dimakan binatang buas maupun tenggelam ke dasar lautan, akan tetapi ruhnya tetap hidup dan mendaoatkan kenikmatan atau siksaan dari Allah Swt., tergantung amal perbuatannua ketika hidup di dunia. Rasulullah Saw., pernah bersabda, "Kuburan dapat merupakan taman dari taman-taman surga atau jurang dari jurangnya neraka." (HR. Tirmidzi).

Selain itu, meskipun manusia telah mati, bukan berarti ia putus total dengan alam dunia. Hal ini karena, ruh yang ada di alam barzakh masih dapat berhubungan dengan alam dunia, seperti pertemuan para penghuni alam barzakh di antara mereka dan pertemuan mereka dengan sanak keluarganya, mendengar berbagai pembicaraan atau perbuatan manusia dan melihat peristiwa-peristiwa di dunia. Dalam ayat Al-Qur'an tergambar jelas, "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran [3]: 169-171).

Imam Syafi'i menjelaskan dan memperingatkan kita tentang cobaan dan kejadian dalam kubur. Beliau berkata, "Demi Allah, seandainya sang pemuda hidup sepanjang seribu tahun dalam sepanjang masanya, menghabiskan umurnya dalam kesenangan, merasakan lezat dan nikmatnya hidup, tidak merasakan pahitnya bencana sedikit pun, serta tidak merasakan kegelisahan sedikit pun di dalam hatinya. Semua hal itu tidak sebanding (tidak dapat diingat sedikit pun) karena bencana yang di alami oleh seorang mayit pada malam pertama di alam kuburnya."

Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari al-Bara' bin 'Azib, ia tetah mengisahkan, "Ketika kami bersama Rasulullah Saw., melewati seorang sahabat dari kalangan Anshar dan mengantar sampai ke kuburannya. Ketika kuburan itu mulai digali, Rasulullah Saw duduk dan kami duduk mengelilinginya. Seolah-olah di atas kepala kami bertengger seekor burung yang sedang memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah. Rasulullah Saw mendongak sembar bersabda, "Berlindunglah kalian dari azab neraka." Rasulullah Saw, mengulang sabdanya itu sampai dua atau tiga kali. "Jika hubungan seorang mukmin terputus dengan dunia dan ia mulai menyambut kehidupan akhirat, dari langit turunlah malaikat berwajah putih seumpama matahari. Mereka membawa kafan dan parfum dari surga. Mereka duduk mengitarinya sejauh pandangan mata. Lalu, malaikat maut datang dan duduk tepat di atas kepalanya sembari berkata, "Keluarlah wahai jiwa yang baik sambutlah ampunan dan kerelaan Tuhan."

Rasulullah Saw. kemudian melanjutkan, "Jiwa itu mengalir seperti air yang menetes dari kantong air, dan malaikat maut meraihnya. Ketika malaikat mengambil jiwa itu, ia tidak menggenggamnya dengan tangan, melainkan dengan cepat memasukkannya ke kafan dan segera menyemprotkan parfum di atasnya. Lalu, keluarlah wangi kasturi yang menyebar ke seluruh bumi."

"Dengan membawa serta jiwa mukmin tadi, malaikat naik ke langit. Setiap bertemu malaikat lain selalu saja ada yang bertanya, "Siapakah jiwa yang bagus ini?" Mereka menjawab, "Fulan bin Fulan, dengan namanya yang tercatat di dunia sebagaimana banyak orang mengenalnya sebagai sosok yang baik." Tanya jawab seperti itu terus ada sampai akhir langit dunia. Mereka pun membukakan pintu baginya dan mengantarkannya ke setiap langit yang menjadi jalan pintas ke langit selanjutnya sampai ke langit akhir, yaitu langit ke tujuh Allah pun berfirman, "Tulislah catatan hambaku ini di liyyin (kitab pencatat segala perbuatan orang-orang berbakti), kembalikanlah ia ke bumi. Aku menciptakan mereka dari tanah dan di tanah pula Aku akan mengembalikan mereka, lalu Aku mengeluarkan mereka dari tanah (lagi)."

Lalu, ruh itu kembali ke jasadnya. Datanglah dua malaikat yang duduk di sampingnya sembari bertanya, "Siapa Tuhanmu?"
  • "Allah"
  • "Apa agamamu?"
  • "Islam"
  • "Siapakah yang diutus untuk kalian."
  • "Rasulullah
  • "Apa ilmumu?"
  • "Aku membaca Al-Qur'an, aku beriman, dan membenarkannya", kata ruh
Sebuah suara mengiyakan kebenarannya, "Masukkanlah ia ke surga, kenakan pakaian surga, dan bukakanlah pintu surga untuknya."

Malaikat mendatanginya, memberinya wewangian, dan dalam sekejap melapangkan kuburannya

"Datanglah seseorang berwajah tampan, berpakaian bagus dan wangi, ia mengatakan, "Sampaikan berita baik kepada orang di sampingmu. Inilah hari yang kamu tunggu-tunggu"

"Kau siapa? Wajahmu mendatangkan kebaikan." tanya ruh.

"Aku amal kebajikanmu."

Mendengar itu, ruh memohon, "Tuhan, segerakan kiamat, segerakan kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku."

Rasulullah Saw kemudian melanjutkan ceritanya, "Ketika seorang kafir hendak meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat, ia akan didatangi para malaikat dari langit yang berwajah hitam sembari membawa kain kafan kasar Mereka duduk di sampingnya dalam sekelebat mata. Lalu, datanglah malaikat maut di kepalanya sembari berkata, "Wahai jiwa tercela, keluarlah kau dan terimalah murka Allah."

"Lalu, ruh itu pun berpisah dengan badannya. Ketika malaikat maut mencabut ruhnya, rasanya seperti mencabut tusukan daging dari bulu domba yang basah Malaikat maut tak menyimpan ruh orang kafir itu di tangannya dengan segera, dan ia malah menaruhnya ke kafan yang kasar. Para malaikat naik ke langit dan setiap mereka lewat sekelompok malaikat lain bertanya, "Siapakah ruh buruk ini?"

"Fulan bin Fulan, sebagaimana namanya yang tercela di muka bumi." Pertanyaan itu selalu diulang hingga langit dunia. Mereka membukakan pintu untuknya, namun tak bisa terbuka.

Lalu, Rasul membaca, "Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk ke surga, hingga unta masuk ke lubang jarum." (QS Al-A'raaf [7]: 40). Allah pun menurunkan titah-Nya, "Tulislah buku catatannya di sijjin (kitab catatan amal keburukan) di bagian bumi paling bawah." Kemudian, ruh itu pun dilempar. Dan, Rasulullah Saw., membaca "Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jauh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS. Al-Hajj [22]: 31). Lalu, ruh itu kembali ke jasadnya.

Tibalah dua malaikat. Lalu, mereka duduk dan menanyainya.
  • "Siapa temanmu?
  • "Aku tak tahu"
  • "Apa agamamu?"
  • "Aku juga tak tahu"
  • "Siapakah orang yang diutus untuk kalian?"
  • "Tak tahu"
Muncullah sebuah suara dari langit yang mengabarkan kebohongannya. Kedua malaikat itu menunjukkan jalan ke neraka dan meninggalkannya di dalam kesempitan kubur. Saat itu, datanglah seorang lelaki buruk rupa, berpakaian compang-camping, dan berbau busuk la berkata, "Beritakan kepada orang yang pernah kamu zalimi bahwa inilah hari yang kamu nantikan."
  • "Kamu siapa?" tanya ruh "Wajahmu memancarkan kejahatan"
  • "Aku perbuatan burukmu."
  • "Ruh itu menjerit, "Tuhan, tolong jangan segerakan kiamat!"
Penjelasan tentang ikut sertanya amal kebaikan ke dalam kubur kita telah membuka kesadaran bahwa sesungguhnya semua akan sirna dan tidak akan menyertai kita ke alam kubur, kecual amal kebaikan, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh. Saat kita berada sendirian di dalam kubur yang dingin, gelap, sempit, pengap, berteman cacing, kalajengking, ular, dan tanpa teman untuk waktu yang sangat lama hingga tiba hari kebangkitan. Di kala itu semua, keluarga, harta, pangkat, popularitas, dan semua yang kita banggakan di dunia tidak ada yang mau menyertai kita. Amal baiklah yang setia menemani kita. Tidak hanya itu, mereka juga bersaksi dan membela kita jika kita memiliki kekurangan saat menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
Lebih baru Lebih lama